Selasa, 20 Desember 2011

Tradisi Onde

Menurut pemerhati budaya Tionghoa, Goh Pei Ki dalam bukunya ”Origin of Chinese Festival”, di negeri asalnya perayaan ini dimaksudkan untuk menyambut datangnya musim dingin. ”Ketika itu pada musim dingin, di daratan sangat dingin dan sarana kesehatan minim sehingga banyak penduduk yang meninggal. Maka pada festival itu orang sengaja berkumpul untuk makan makanan yang diberi nama Tang Yuan (onde di Indonesia) secara bersama,” tuturnya.
Sebenarnya Tang Ceh atau dikenal juga dengan perayaan A Swee sendiri jatuh antara bulan Cap-gwee (bulan sepuluh) atau Cap-it-gwee (bulan sebelas) penanggalan Imlek. Namun menurut Marcus A.S dalam bukunya ”Hari-hari Raya Tionghoa” disebutkan perayaan ini tidak menentu karena adanya pengaruh penanggalan tahun Tiongkok. Sehingga jatuhnya tidak selalu tepat tiap tahun. Tapi yang menarik penanggalan masehi biasanya selalu jatuh pada tanggal 22 Desember.
Konon sejarah dimulainya tradisi onde ini mulai di adakan di negeri Tirai Bambu ini sejak zaman pemerintahan Kaisar Song Kho Cong dari Dinasti Song (1127-1152). Pada saat itu sembahyang ini sengaja ditujukan kepada arwah leluhur serta lima unsur di bumi yakni Kim (logam), Hwee (api), Tho (tanah), Sui (air) dan Bok (kayu).
Versi lain menyebutkan sembahyang ini dimaksudkan untuk mempersatukan sejumlah ahli yang digunakan kaisar untuk membangun sebuah gedung. Ketika itu para tukang bangunan berseteru bahwa mereka adalah yang paling hebat. Maka akhirnya untuk menghindari perselisihan kaisar pun memberikan gelar ahli pada mereka.
Tapi ketika itu para juru masak tidak mendapatkan gelar apapun sehingga mereka protes dan mogok memasak. Dalam aksi tersebut, para ahli yang mendapat gelar akhirnya kebingungan saat hendak makan. Akhirnya kaisar menyadari hal itu dan memberikan gelar pada para juru masak. Sebagai imbalannya juru masak pun membuat makanan khas dari ketan yang diberi nama Tang Yuan yang berarti bersatu kembali.

Tradisi Khusus
Bagi masyarakat keturunan Tionghoa yang sudah berusia lanjut, tradisi sembahyang dan makan kue onde ini ada yang menarik. Karena sejak zaman dulu ada tradisi pembagian onde menurut umur dan ini berlaku biasanya pada anak kecil dan remaja.
Artinya jika umurnya baru satu tahun dia hanya mendapat satu onde, dua tahun dua onde dan seterusnya. Tapi tampaknya tradisi ini tidak berlaku lagi.
Selain pembagian kue berdasarkan umur, bagi keturunan Tionghoa ada tradisi unik lainnya yakni tradisi menilik bayi yang sedang dikandung ibunya lewat kue onde. Jadi ketika perayaan Tang Ceh berlangsung, bagi keluarga yang kerabatnya sedang hamil dapat mencari tahu jenis kelamin anak yang dikandung lewat kue ini. Caranya dengan membakar kue onde.
Kalau kue onde tersebut hanya membengkak tanpa pecah maka diyakini bayi yang dikandung tersebut adalah laki-laki. Sementara jika ondenya pecah anak yang dikandung adalah perempuan. Konon keakuratan tes kelamin lewat onde ini lumayan besar walaupun tak seakurat menggunakan alat utra sonografi (USG). Itu sebabnya tradisi ini masih berlaku untuk keluarga yang masih memegang penuh tradisi lama. Anda percaya dengan hal ini, silakan mencoba sendiri. 

Sumber:http://bbc-zhongwenxi.blog.friendster.com/2008/12/sembahyang-onde/

0 komentar:

Posting Komentar


 
;