Selasa, 02 Agustus 2011

Pentingnya Klakson, Masker, dan Kesabaran di Jakarta

Sudah hampir 1 minggu gw selalu ke Jakarta. Melihat gedung-gedung tinggi, mobil yang bagus-bagus, pokoknya sangat modern deh.
Yah, memang sangat mengikuti perkembangan zaman. Serba modern, banyak sekali makanan luar negeri yang merambah di pasar Jakarta. Mobil pun beraneka macam, dari berbagai macam merk yang terkenal. Orangnya berdasi, memakai kemeja lengan panjang, memakai jas, dan bawa koper.
Wuih, gambaran yang mantap ya! Hahaha.
Yah, itulah gambaran 'kecil' di Jakarta. Lalu, muncul pertanyaan: Kalau itu gambaran kecil, gambaran besarnya apa dan bagaimana?

Hmm, coba kita lebih merakyat lagi. Atau minimal menelusuri beberapa tikungan jalan atau gang yang ada di Jakarta. Melihat kepadatan penduduk yang ada di sudut-sudut Jakarta, mengamati setiap rumah susun. Bagaimana dengan kelancaran lalu lintasnya? Wah, bisa diibaratkan selokan yang penuh sampah plastik, ga bakal lancar. Betapa mirisnya kondisi tersebut.
Tapi di sini gw mau melakukan sedikit pengamatan mengenai 3 hal yang menurut gw harus dimiliki setiap warga Jakarta, apalagi yang kuliah atau kerja, baik yang naik mobil, motor, atau naik angkutan umum.

Yang pertama khusus untuk pengendara kendaraan, baik yang roda dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, dsb.
Kalau bicara soal kendaraan, pasti berhubungan dengan lalu lintas. Kalau kita mendengar kata lalu lintas di Jakarta, apa yang pertama kalian pikirkan??
Yah, macet. Hahaha.
Coba ditelaah lagi, kenapa bisa macet? Padahal pemerintah sudah berusaha melakukan pembenahan. 
Setelah gw melakukan pengamatan, banyak angkutan umum yang merasa menjadi pemilik jalan. Hahaha. Mereka berkuasa di setiap jalan yang mereka lewati, tak melihat rambu-rambu lagi, yang penting kursi penuh dan dapet duit. Hahaha. Lalu, bagaimana dengan nasib mobil dan motor di belakangnya? Otomatis dibutuhkan cara untuk mengingatkan si angkutan umum itu. Caranya? Dikeroyokinkah? Ga mungkin, kita masih memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi. Diteriaki? Ga juga, cz cape kalo kita teriak-teriak. Itu juga belum tentu terdengar oleh mereka. Hahaha. Yah, cara simpel yaitu dengan klakson. Cukup dipencet, suara keras keluar dari mobil atau motor. Ga perlu kita turun dari kendaraan kita kan? Hahaha.
Kalau perlu, semua kendaraan mempunyai klakson yang berbunyi seperti bunyi mobil ambulance atau mobil polisi. Atau bisa dengan lagu favorit kalian, biar ga bosen. Hahaha.

Yang kedua, masalah asap kendaraan. Wah, ini sudah menjadi makanan sehari-hari bagi orang yang selalu naik angkutan umum.
Bajay? Knalpotnya hampir sama seperti cerobong asap pabrik. Hahaha. Metromini? Yah, sangat sedikit lebih baik daripada Bajay. Dan gw jamin kalian uda pada tahu akibatnya kalau kita 'mengkonsumsi' asap itu setiap hari. Berbahaya!
Jadi solusinya bagaimana?
Masker bisa jadi alternatif. Setidaknya ada filter buat asap-asap merugikan itu. Yah, sediki ribet tak apalah. asal bisa jaga kesehatan. Betul?

Yang ketiga ini bisa mengurangi kemacetan, apalagi pas di jalan putar arah balik.
Semua kendaraan ga ada yang mau ngalah, semua mau jalan duluan, padahal kan sama aja. Toh semua juga bakal lewat juga, cuma berselang beberapa detik.
Kalau macet, pasti bakal terdengar 'lagu' yang sangat tidak sedap didengar di telinga. Suara klakson sana sini tak berhenti-henti. Ada 2 kemungkinan, apakah tuh si pengendara suka dengan suara klaksonnya? Ataukah memang suara klaksonnya jebol sehingga ga bisa dimatiin? Hahaha.
Yah, kuncinya cuma satu, kesabaran. Apalagi di bulan puasa seperti sekarang, harusnya kan bisa sabar.
Lalu muncul pertanyaan: "Saya kan buru-buru, nanti kalau ga begitu pasti bakal telat."
Yah, coba belajar dari pengalaman aja. Misalnya jika jalan lancar cuma butuh waktu 15 menit. Tapi uda tau di sana macetnya setengah jam, tapi masih aja berangkatnya 15 menit sebelum acara. Jadi salah siapa?
Hahaha.

Yah, semoga pemikiran ini bisa bermanfaat untuk kita semua.
Kalau mau comment, silahkan comment.

Apapun yang terjadi, BE HAPPY! :)

-Sandi Yap-

0 komentar:

Posting Komentar


 
;